Pembangunan mal terus meningkat dengan tajam setiap tahun dan menggeser
banyak tempat rekreasi lainnya. Penyebabnya adalah konsep mal yang
berubah dari hanya sekedar tempat untuk berdagang menjadi sarana
rekreasi dan hiburan, bahkan diberi label sebagai suatu "fenomena
kebudayaan".
Remaja didapati menjadi pengunjung mal terbesar
dibandingkan dengan kelompok usia lain karena remaja memiliki waktu
luang lebih banyak. Bagi remaja, Shopping Mall menjadi sarana rekreasi
dimana mereka dapat memenuhi kebutuhan dengan bersosialisasi dengan
teman, menikati fasilitas hiburan, atau hanya melihat-lihat pemandangan
dalam Shopping Mall tersebut. Walaupun Shopping Mall memberikan banyak
pengaruh positif terhadap remaja, namun seringkali terdapat pandangan
negatif bahwa remaja yang sering berkunjung ke mal adalah remaja yang
kurang peduli sosial, hanya mempedulikan penampilan fisik, dan
konsumtif.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pandangan
tersebut secara ilmiah dengan mencari gambaran gaya hidup remaja yang
sering berkunjung ke Shopping Mall. Gaya hidup ini akan mencakup
bagaimana remaja menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang mereka
anggap penting dalam lingkungannya (minat), dan pendapat mereka mengenai
diri sendiri dan dunia sekitarnya (opini). Remaja yang akan menjadi
subyek penelitian ini adalah remaja yang memiliki keterlibatan tinggi
terhadap Shopping Mall, dalam pengertian mereka menganggap Shopping Mall
sebagai sesuatu yang sangat penting, signifikan, dan relevan dengan
mereka.
Penelitian ini berbentuk studi eksploratif dengan pendekatan
kuantitatif. Data diambil dari dua Shopping Mall terbesar di Jakarta,
dan dari 200 responden, 155 orang subyek didapati memiliki keterlibatan
tinggi terhadap mal. Kuesioner gaya hidup diolah dengan menggunakan
metode cluster analysis.
Dari hasil penelitian ini, didapati tiga
tipe gaya hidup, yakni "Self-Centered", "Super-Active", dan "Passive",
dengan subyek terbanyak berada pada tipe gaya hidup "Super-Active"
(63,2%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar remaja
yang memiliki keterlibatan tinggi terhadap mal juga memiliki kepedulian
tinggi terhadap dunia sekitarnya dan memiliki keinginan untuk
berprestasi. Oleh karena itu, para praktisi pemasaran Shopping Mall yang
target konsumennya adalah remaja harus menyediakan sarana dan fasilitas
yang bersifat mendidik dan merangsang kreativitas agar mal tidak hanya
berfungsi sebagai sarana rekreasi dan hiburan, namun juga menjadi sarana
pendidikan.
iy kya kwn lah snenge shopping n hura"
BalasHapushehe
ssttt
BalasHapusCwe mesti suka shopping asal don't over y...he
BalasHapussipp :)
BalasHapus